Senin, 31 Oktober 2011

Desain Uang Baru: Mudah dikenali + Susah ditiru!

 Tanggal 28 lalu bertepatan dengan hari sumpah pemuda telah diloncing 3 uang baru sekaligus yaitu pecahan 20 ribuan, 50 ribuan dan 100 ribuan. Konon Desain Uang Baru: Mudah dikenali + Susah ditiru! Jadi masyarakat akan lebih mudah dalam membedakan uang asli dan uang palsu serta pihak terkait yang hobi mencetak uang palsu akan kesulitan juga dalam meniru uang edisi baru tersebut. Untuk nuansa warna mungkin tak jauh beda dengan sebelumnya yakni untuk pecahan 20 ribu didominasi warna hijau, 50 ribu warna biru dan 100 warna merah. Lalu apa yang membedakan? Perbedaan yang mencolok adalah dibagian pinggirnya ada simbul-simbul berupa timbul (sesuatu yang menonjol) yakni untuk 20 ribu berupa kotak, 50 ribu berupa segitiga dan 100 ribu berupa lingkaran. Selain itu ada efek warna pelangi yang lebih mencolok.
Simbul-simbul berupa timbul kotak, segitiga dan lingkaran itu dimaksudkan juga agar para tuna netra bisa dengan mudah membedakan nominal uang tersebut. Jadi dengan adanya efek warna pelangi yang lebih mencolok dan juga timbul kotak, segitiga dan lingkaran itu semakin mudah pula menemukan jawaban palsu enggaknya ketika menerapkan jurus dilihat dan diraba! Tapi benarkah uang edisi baru tersebut aman dari para penjahat yang gemar mencetak uang palsu??? Kemarin lihat TV, kata pihak terkait sih aman, kenyataanya ya gak tau, lihat aja esok.
Meski uang baru sudah mulai beredar namun sejauh ini uang lama belum ditarik, jadi sebelum ada keputusan penarikan maka uang lama masih tetap berlaku. Aku jadi ingat pelajaran ekonomi waktu SMA, ada istilah yang namanya inflansi alias banyak uang yang beredar dimasyarakat. Lalu dengan adanya uang baru plus uang lama yang masih beredar akankah menimbulkan inflansi? kemarin lihat TV, kata pihak terkait sih tidak akan menimbulkan inflansi.
Published By widha utawi idha under Ketik-Berita  Tags: , , , ,   

Pendidikan dan Pelatihan Guru Mesti Berkelanjutan

KOMPAS.com — Penguatan kualitas dan profesionalisme para pendidik yang memiliki peran penting untuk memberikan layanan pendidikan bermutu dan memiliki relevansi dengan kehidupan akan diperkuat dengan diselenggarakannya pendidikan dan pelatihan guru secara berkesinambungan. Peningkatan mutu guru tidak boleh berhenti pada program sertifikasi yang dinilai sampai saat ini belum membawa perubahan signifikan pada kinerja pendidik, tetapi juga melalui pemberdayaan kelompok-kelompok kerja guru yang ada.

"Peningkatan kompetensi guru yang berkelanjutan, baik yang dilakukan pemerintah maupun secara internal di sekolah masing-masing, harus dilakukan. Kami ingin mengubah guru supaya mereka bisa bergeser dari cara pembelajaran yang teacher center ke student center. Perubahan itu memerlukan pendidikan dan pelatihan yang kontinu hingga mampu membangun kesadaran dalam diri guru itu supaya memiliki komitmen pribadi yang kuat untuk membe rikan layanan pendidikan yang menyenangkan bagi anak-anak didiknya," kata Baedhowi, Direktur Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Tenaga Kependidikan Depdiknas di Bogor, akhir pekan lalu.

Menurut Baedhowi, pendidikan dan pelatihan guru yang berkelanjutan yang dilakukan secara internal di sekolah masing-masing bisa terlaksana dengan adanya pimpinan sekolah yang memahami peran penting guru bagi terciptanya atmosfer pendidikan yang menyenangkan berkualitas. Sebagai tahap awal dalam program 100 hari kerja Mendiknas baru, diadakan pelatihan kepada sekitar 30.000 kepala sekolah dan pengawas guna memperkuat implemnetasi manajemen berbasis sekolah.

Paradigma lama

Guru-guru masih terjebak dalam paradigma pendidikan usang yang tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan perkembangan jaman. Akibatnya, para pendidik masih menjalankan pembelajaran yang satu arah atau berpusat pada guru yang tidak merangsang kreativitas dan inovasi siswa.

"Pendidikan untuk guru yang utama adalah membantu mereka untuk mengubah paradigma usang soal pendidikan. Guna menjamin berlangsungnya pendidikan berkualitas untuk siswa, program peningkatan mutu guru melalui pendidikan dan pelatihan harus berlangsung secara berkesinambungan," kata Eddy Henry, Program & Alumni Affairs Director Sampoerna Foundation dalam acara penandatangan kerjasama pendidikan dengan Pemerintah Kabupaten Sukamara dan Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, di Sukamara. Program peningkatan mutu untuk 75 guru dan kepala sekolah serta bantuan peningkatan infrastruktur di 11 SD didukung PT Sampoerna Agro.

Dari pengamatan di sejumlah SD, guru umumnya tidak mampu mengembangkan kreativitas pembelajaran di dalam kelas. Mereka lebih banyak menerapkan pembelajaran satu arah, di mana guru sebagai sumber belajar utama buat siswa.

Ketidakmampuan guru mengembangkan metode pembelajaran yang menyenangkan di kelas karena guru minim mendapatkan pendidikan dan pelatihan untuk mengembangkan kompetensi sebagai pendidik. "Selama 12 tahun jadi guru, baru sekali saya dapat pelatihan guru bidang studi," kata Siti Hadijah, salah satu guru SD di Babual Baboti, Kotawaringin Barat.

Maytha Monica, Programme Coordinator Sampoerna Foundation Teacher Institue, mengatakan, pendidikan dan pelatihan yang umumnya diberikan pemerintah kepada para guru berupa ceramah satu arah. Para guru yang diikutkan juga terbatas.

"Padahal, yang dibutuhkan guru itu pendampingan yang cukup untuk mereka bisa melakukan perubahan-perubahan kecil di dalam kelas. Itu yang tidak terjadi dalam pendidikan dan pelatihan guru yang ada," kata Maytha.

Pendidikan dan pelatihan guru yang dilaksanakan Sampoerna Foundation dilakukan selama 18 bulan. Perubahan utama yang disasar adalah perubahan paradigma guru untuk bisa mengubah metode belajarnya menjadi inovatif dan kreatif dengan memanfaatkan potensi yang ada di sekitar sekolah.

"Para guru sendiri diajak untuk bisa mengevaluasi apa yang jadi permasalahan mereka dalam mengajar di kelas. Lalu, para fasilitator melihat dan mengevalusi, lalu memberi masukan-masukan yang bisa diterapkan guru di kelasnya. Cara ini cukup efektif untuk membuat terjadinya perubahan cara pembelajaran guru di kelas," kata Maytha.

Pendidikan Karakter Diramu Dalam Belajar Bahasa Inggris

JAKARTA, KOMPAS.com - Meramu pendidikan karakter dalam pembelajaran bahasa Inggris, bakal dibahas dalam Konferensi Internasional Teflin di IKIP PGRI Semarang, November 2011.
Konferensi ini merupakan agenda tahunan Teflin, organisasi profesi nirlaba yang para anggotanya terdiri dari dosen, guru, dan praktisi bahasa Inggris di seluruh Indonesia.

Dalam konferensi ini hadir pakar pendidikan bahasa inggris dari berbagai negara negara, antara lain Ohio Sate University (Amerika), Wollongong University (Australia), Cambridge University (Inggris), University of Santo Thomas (Filipina), MELTA (Thailand), RELC (Singapura), Malaysia, China, Iran, Jepang, dan Indonesia.

Suwandi, Ketua Panitia Konferensi Internasional Teflin, di Jakarta, Senin (31/10/2011), mengatakan sebanyak 500 peserta dari berbagai negara hadir dalam kegiatan yang bertema Language Teaching and Character Building (Pengajaran bahasa dan Pembentukan Karakter).
"Tema ini diangkat sebagai respon dari kegelisahan para pendidik di Indonesia. Mereka mengamati perubahan perilaku siswa/mahasiswa di Indonesia yang semakin memprihatinkan, antara lain masalah kesopanan dan kedislipinan yang menurun, pelanggaran hukum meningkat, hingga dekadensi moral," ujar Suwandi.

Dalam seminar ini, sebanyak 250 pemakalah/pakar akan menyampaikan formula, bagaimana menyisipkan pendidikan karakter dalam pembelajaran bahasa inggris secara tepat dan benar.

coba-coba

membuat blogger baru